Archive for April 2009

/

Perang Tanpa Benci di Bulan Juni

Hampir seluruh perang di muka bumi ini dilakukan dengan semangat bermusuhan. Sorot mata orang-orang yang terlibat dalam perang selalu menyiratkan dendam dan kebencian terhadap kelompok yang dihadapinya. Hanya di desa Tenganan di Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem, terjadi perang yang dilakukan dengan wajah ceria di antara orang-orang yang saling berhadapan. Meski kulit tubuh mereka robek dan berdarah oleh lawan, mereka tetap tersenyum kepadanya.

Perang macam apa itu? Itulah tradisi Perang Pandan yang dalam bahasa setempat disebut Mekare-kare. Perang ini adalah atraksi khas masyarakat Tenganan, sebuah desa yang terletak di belahan timur Pulau Bali, sekitar 75 kilometer dari Kuta. Setiap tahun, tradisi perang pandan ini dilakukan selama dua hari, biasanya pada pertengahan bulan Juni.

Perang ini dilakukan oleh para pemuda Tenganan. Saat perang mereka mengenakan kain adat Tenganan dan bertelanjang dada. Senjata mereka adalah seikat daun pandan berduri dan sebuah perisai dari anyaman rotan untuk melindungi diri. Bagi masyarakat Tenganan yang dikenal sebagai masyarakat Bali Aga (Bali Asli), perang pandan bukanlah atraksi untuk mencari kalah-menang, melainkan merupakan bagian dari ritual pemujaan kepada Dewa Indra yang dipuja sebagai dewa perang. Sebelum perang digelar, acara diawali dengan dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan. Setelah perang usai, acara ditutup dengan persembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan menghaturkan tarian sakral yang disebut Rejang. Jadi, laga yang dilakukan hingga saling menggucurkan darah itu adalah bentuk penghormatan bagi Sang Dewa.

Pemujaan terhadap Dewa Indra ini bermula dari kepercayaan masyarakat bahwa berabad-abad silam wilayah Tenganan dicengkram oleh seorang penguasa yang kejam dan lalim bernama Maya Denawa. Raja bengis tersebut tidak hanya memperlakukan rakyat secara semena-mena, bahkan menjadikan dirinya sebagai Tuhan. Ia memerintahkan begundalnya untuk membunuhi siapa pun yang berani melakukan ritual keagamaan.

Menyaksikan perilaku Maya Denawa itu, para dewa di surga pun murka. Selanjutnya mereka mengutus Dewa Indra untuk memimpin pertempuran melawan si raja lalim. Melalui pertempuran sengit, Maya Denawa dapat dilumpuhkan dan Dewa Indra lalu tampil sebagai penggantinya.

Jika ingin melihat dari dekat bagaimana perang pandan berlangsung, bersiaplah untuk hadir di Tenganan pada pertengahan bulan Juni mendatang.

Hide

/

Bali Tingkatkan Bio Security untuk Tangkal Flu Babi

Sebagai daerah terbuka dari kunjungan wisatawan, Bali mengantisipasi wabah merebaknya flu babi di dunia. Antisipasi dimulai dari pintu gerbang masuk Bali, yaitu Bandara Ngurah Rai. Saat ini, seperti yang diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali Nyoman Suteja kepada wartawan Selasa (28/4/2009), Bali telah melakukan siaga I untuk kasus ini.

“(Karena itu) antisipasinya dimulai dari pintu masuk pertama (bandara)," ucap Suteja.
Menurut Suteja, melihat penyebaran flu babi yang dapat terjadi antar-manusia, maka penggunaan Thermo Scanner yang telah berfungsi sejak flu burung, flu Singapura, semakin diintensifkan.

Sementara itu, untuk mengantispasi masuknya virus flu babi, puluhan peternak babi di Kabupaten Badung mendapat pembagian cairan disinfektan dan masker. Pembagian cairan disinfektan dan masker tersebut dilakukan oleh petugas Dinas Peternakan dan Kesehatan dengan cara mendatangi sentra peternakan di tiga wilayah, yakni Kecamatan Jagapati, Kecamatan Mengwi, dan Kecamatan Petang.

Menurut catatan, populasi babi di Badung, diperkirakan mencapai 300 ribu ekor, sekitar 32,4 persen dari keseluruhan populasi babi di pulau Bali. Dan, sejauh ini Kepala Dinas Peternakan Bali Ida Bagus Alit telah mengeluarkan surat kepada seluruh dinas di kota/kabupaten untuk melakukan pembinaan kepada peternak agar meningkatkan bio security dan surveillance terkait flu babi.

Sejauh ini, wabah flu babi yang terjadi di beberapa negara Amerika Latin seperti Meksiko dan Kanada, belum berpengaruh terhadap kujungan wisatawan ke Bali. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Drs IB Subhiksu, sampat saat ini belum ada laporan wisatawan yang membatalkan atau menunda kunjungannya ke Bali karena kasus tersebut.

Karena rata-rata kunjungan wisatawan Meksiko dan Kanada ke Bali cukup besar, sementara kedua negara tersebut merupakan kawasan di mana flu babi telah mewabah dan menewaskan puluhan orang, maka Dinas Pariwisata Provinsi Bali melakukan koordinasi dengan bandara Ngurah Raid dan Dinas Peternakan untuk mengantisipasi masuknya wisatawan asing yang terjangkit flu babi ke Bali.

Menghindari Flu Babi
Cara penularan flu babi adalah melalui udara. Bisa juga lewat kontak langsung dengan penderita. Masa inkubasi kuman penyakit ini tiga sampai empat hari. Pencegahan terbaik agar tidak terpapar flu babi adalah:
- berperilaku hidup sehat,
- tutup hidung ketika batuk atau bersin
- cuci tangan dengan sabun seusai beraktifitas
- segera kontrol bila mengalami gejala klinis flu
(abe/jjb)

Hide

/

Sukses, Pecha Kucha Night di Denpasar

Gelaran presentasi kreativitas dalam acara Pecha Kucha Night di Museum Bali, Denpasar, berlangsung dengan sukses. Sebagai langkah debutan, ajang ini cukup menarik. Beberapa gagasan yang dipresentasikan cukup menggelitik naluri kreatif untuk mencari tandingan yang lebih baik, lebih gila, lebih nonjok, dan seterusnya.

Ajang pamer gagasan kretaif yang mendapat dukungan dari Pemerintah Kota Denpasar ini diawali oleh presentasi dari grup band De Buntu yang menampilkan materi dengan judul “Kemasan yang Menjual di Era Pemilihan Pemimpin Secara Ekstrim & Bermanfaat untuk Rakyat”.

Dengan gaya yang jenaka grup band indie dengan musik berirama retro rock ini menawarkan cara berkampanye yang oke bagi para politisi yang ngebet jadi pemimpin. Bersamaan dengan itu, dengan gaya yang jenaka pula para musisi yang menyebut diri beraliran “Funthemental” alias riang sepanjang hayat ini mengingatkan kepada pemilih (baca: rakyat) tentang risiko-risiko di balik setiap pilihan mereka.

Bergaya pelawak cabaret, personil deBuntu yang terdiri dari Nowot, Amang, Jhon, Bardon, dan Dinar membuka presentasi Pecha Kucha Night dengan aksi yang menggelitik.

Presentasi kedua disajikan oleh Elena Skoko, penggiat seni yang menjadikan musik dan fashion sebagai bagian yang tak terpisahkan. Pengalaman dalam dunia fashion dimilikinya semenjak 6 tahun di Croatia dan tahun 1991 bertemu fashion designer Pierluigi Voltolina dan Riviera PR king Principe Maurice yang mendorongnya mengikuti kompetisi fashion di Rimini pada tahun 2000. Dia membuat fashion show di catwalk dengan menyertakan bandnya dan mendapat ”best young fashion designer”

Malam itu Elena yang sejak 2008 tinggal di Bali menampilkan paparan berjudul "Trust Your Mojo Sista" yang merupakan kolaborasi kreatifnya dengan musisi Roberto "Bluebird" Ruggeri, musisi Bali, dan musisi dunia lainnya.

Presentasi ke-tiga dibawakan oleh Wahyu Aditya, anak muda kreatif kelahiran Malang , 4 Maret 1980. Dia adalah pendiri dan kepala sekolah Hello;Motion, satu sekolah desain dan animasi dalam negeri di bilangan Tebet, Jakarta Selatan.

Lulusan terbaik KvB Institute of Technology, Sydney, Australia tahun 2000 ini mempresentasikan hobbynya dengan membuat situs Kementrian Desain Republik Indonesia (KDRI) yang seakan-akan adalah bagian dari cabinet di Republik ini. Presentasinya yang meyakinkan membuat penonton tak mengenali lagi mana yang berupa angan-angan, mana harapan, dan mana kenyataan.

Tak kelirulah jika pada Oktober 2007 dewan juri Inggris menobatkannya sebagai International Young Screen Entrepreneur 2007 di London. Dialah juara dunia termuda di ajang itu.

Selanjutnya, Igo Blado mempresentasikan gagasannya untuk memajukan industri musik Indonesia. Paparan gagasan itu ia beri judul “Membeli Peta Musik Nasional”. Terlihat sekali dalam paparan Igo pengalaman dan konsistensinya memperjuangkan eksistensi musik indie di Bali. Maklum, vokalis Telephone Band ini memang bertekad bergulat habis-habisan di dunia musik indie.

Dari pengalamannya sebagai musisi juga sebagai pengelola music event organizer itulah kristalisasi pikiran dan gagasan didapatkannya. Sebagai catatan Igo dengan The Blado Showbiz nya telah menyelenggarakan sedikitnya 36 pagelaran musik dengan menampilkan sekitar 135 grup-grup band lokal, Nasional maupun internasional

Selain Igo, ada Fiki Satari dari Bandung Creative City Forum yang menyampaikan presentasi yang ia beri judul "Me & Quadranhelix". Presentasi ini merupakan refleksi perjalanan kreatifnya selama ini terutama yang berkaitan dengan aktivitasnya memberdayakan pengusaha kecil di Bandung.

Sebagaimana telah banyak diketahui, Bandung saat ini merupakan pusat pertumbuhan industri fashion alternative (distro dan clothing). Begitu populernya bisnis kreatif ini, gaungnya tak hanya merambah kawasan Bandung, melainkan ke seantero Indonesia. Bahkan, menjadi tolok ukur bagi industri distro di Malaysia yang baru mulai berkembang. Semua itu tak lepas dari usaha salah satu pelaku bisnis distro, yang akrab dipanggil Kang Fiki ini.

Kemudian ada juga presentasi Tegep Octaviansyah, anak muda kreatif yang identik dengan sepatu boot yang pada awalnya diproduksi di tengah krisis moneter 1997. Melalui ekspresinya dalam berbagai desain dan bentuk sepatu boot, Tegep menyebarluaskan karyanya ini hingga ke luar negeri. Kejeliannya melihat peluang dan keinginan kuat untuk menciptakan produk yang berbeda membuat Tegep Boots banyak diminati anak muda gaul, para bikers, artis bahkan pejabat. Ganjarannya, pendapatan Tegep dalam satu bulan berkisar Rp 100 juta-Rp 200 juta.

Presentasinya di Pecha Kucha Night berjudul “Bikers”, yaitu memaparkan cara pandang lain untuk memahami dunia para penggemar motor besar di seluruh dunia.
Presentasi yang tak kalah menarik adalah presentasi yang disajikan oleh Raoul Wijffels, seorang penggiat One Dollar For Music, yaitu organisasi non profit yang bertujuan mendorong potensi kreatif anak muda Indonesia dan memperkuat identitas budaya lewat musik dan seni kreatif.

Dalam Pecha Kucha Night ini Raoul mempresentasikan apa yang menjadi aktifitas One Dollar For Music. Dia memaparkan bahwa organisasi ini mempunyai misi kreativitas berkesinambungan, di mana ujung semua programnya diharapkan mampu menjadikan kekuatan ekspresi kreatif menjadi budaya anak muda Indonesia dan mampu berdialog setara dengan budaya global.

Selanjutnya Saylow, web designer yang aktif di Bali Blogger Community mempresentasikan gagasan unik yang menampilkan wajah-wajah lucu di dunia maya yang ia namai dengan Scarfface.

Presentasi terakhir dibawakan oleh Yoka Sara desainer dari Bali jebolan Jurusan Arsitektur Universitas Udayana ini menyajikan paparan dengan judul "Design in Collaboration Turbulence" . Dalam presentasi yang disampaikan secara bergiliran oleh anggota tim Bale Legend, biro arsitek yang didirikannya, Yoka Sara menyampaikan bagaimana sebuah karya desain yang berkulitas dihasilkan, yakni dengan sebuah model team work yang rapi, egaliter dan akrab.

Di sela-sela presentasi tersebut, tampil sebagai acara selingan penyair Tan Lioe Ie bersama Yande dan Putu Indrawan menampilkan musikalisasi puisi dalam genre musik Blues. Malam itu, kepiawaian Yande memetik gitar melodi dan kemantapan Indrawan (The Best Bassist of Indonesia Rock Festival 1985) membetot bass menyatu dengan energi puitik Tan Lioe Ie melahirkan aksi panggung yang sangat memesona. (abe/jjb)

Hide

/

Adem, Peringatan 101 Tahun Puputan Klungkung

Puputan Klungkung, sebuah peristiwa bersejarah bagi masyarakat Klungkung, hari ini diperingati di Semarapura, ibukota kabupaten tersebut. Tak ada acara gegap-gempita. Tak ada pertunjukan spektakuler. Pun, tak ada peristiwa khusus yang ditujukan bagi rakyat kecil untuk mengenang spirirt peristiwa itu. Semua berjalan biasa-biasa saja, macam peringatan rutin yang tak begitu istimewa.
Sesungguhnya apa sih puputan Klungkung itu?

Puputan Klungkung adalah peristiwa perlawanan rakyat Klungkung terhadap Pemerintah kolonial Belanda yang hendak menguasai wilayah tersebut. Perlawanan heroik yang terjadi pada tanggal 28 April 1908 itu dipimpin oleh Raja Klungkung
Ida I Dewa Agung Jambe.
Kenapa disebut “Puputan”, bukan “Perang”?

Puputan adalah istilah rakyat Bali untuk perang habis-habisan demi mempertahankan kehormatan. Semangatnya, lebih baik mati di medan tempur dari pada hidup dengan harga diri terinjak-injak. Dalam sejarah penaklukan Bali oleh Belanda, puputan Klungkung adalah babak akhir dari perlawanan rakyat Bali. Menurut catatan I Made Sujaya, memerhati sejarah Klungkung, pada babak-babak sebelumnya, perlawanan rakyat Bali dilakukan dengan beberapa pilihan langkah. Ada yang memilih jalan kompromi dan bekerja sama, ada yang memilih jalan mengangkat senjata, ada juga yang memadukan keduanya. Klungkung menggunakan berbagai pilihan jalan itu saat berhadapan dengan kolonialisme Belanda. Diawali dengan jalan kerja sama, lalu mengangkat senjata (Perang Kusamba), disusul kompromi dan diplomasi (jalinan kontrak politik dengan Belanda) serta diakhiri dengan jalan mengangkat senjata yang berujung pada puputan.

Rangkaian babak demi babak penaklukan ini bermula dari terjadinya perpindahan kekuasaan dari Belanda kepada Inggris di Pulau Jawa. Bersamaan dengan itu, Raja Buleleng, Gusti Gde Ngurah Karangasem menguasai Jembrana untuk tujuan menduduki Banyuwangi di Pulau Jawa. Tindakan ini membuat geram pemerintah Inggris di Batavia sehingga dikirimlah satu eskader angkatan laut Inggris ke Buleleng pada tahun 1814. Tujuannya, untuk memberi pelajaran kepada Raja Buleleng. Usaha pemerintah Inggris ini mendapat perlawanan hebat. Tidak saja dari Raja Buleleng, tetapi juga dari semua raja di Bali. Raja-raja lainnya di Bali mengirimkan bantuan pasukannya ke Buleleng untuk membantu kerajaan di bagian utara Bali itu. Raja-raja Bali itu bertekad untuk berjuang bersama menentang agresi militer dari luar. Sikap ini merupakan pertama kalinya terjadi pada raja-raja Bali pada masa itu .

Sikap bersatu raja-raja Bali terbukti ampuh. Pemimpin pasukan Inggris, Jenderal Nightingale diperintahkan Batavia untuk memundurkan pasukannya. Pemerintah Inggris tidak bersedia berperang dengan raja-raja Bali yang mempunyai tekad bersatu melawan musuh.
Namun, tiga puluh tahun kemudian, semangat bersatu Bali itu mengalami kemerosotan. Manakala Belanda hendak menyerang Kerajaan Buleleng dan Karangasem gara-gara masalah perampasan kapal milik Belanda, raja-raja Bali enggan untuk membantu kedua kerajaan itu. Bahkan, permintaan Raja Klungkung sebagai sasuhunan (pemimpin) raja-raja Bali dan Lombok saat itu agar para raja di Bali membantu raja Buleleng dan Karangasem, tak mendapat respons yang baik.

Inilah awal petaka bagi keutuhan Bali. Ketidakkompakan raja-raja di Bali itu kemudian membuat Belanda dengan mudah mencengkeram pulau ini. Pertama kali, Buleleng takluk di kaki Belanda. Rubuhnya semangat perlawanan di Bali utara yang terkenal kuat itu menjadi pintu pembuka bagi Belanda untuk menguasai kerajaan lainnya. Setelah Buleleng, dengan mudah Belanda menaklukkan Karangasem dan Gianyar. Belanda kemudian menggempur Badung yang mempertahankan diri dengan melakukan perang puputan, selanjutnya menggempur Klungkung yang bertahan dengan cara serupa.

Dewa Agung Kanya, Srikandi Klungkung
Di Klungkung, perang puputan di atas bukanlah satu-satunya perang melawan agresi Kolonial. Sebelumnya, tercatat sebuah perlawanan rakyat Klungkung melawan Belanda. Perlwanan tersebut terjadi di pantai Kusamba dipimpin oleh Ratu Klungkung, Dewa Agung Istri Kanya. Dalam pertempuran yang berlangsung pada 24-25 Mei 1849 itu, Sang Ratu yang terjun langsung memimpin pasukannya berhasil meluluhlantakkan pasukan Belanda. Bahkan Jenderal AV Michels yang memimpin pasukan tersebut tewas dalam pertempuran itu.
Tentu hal ini sangat mengejutkan Belanda. Klungkung yang dari banyak segi tidak sebanding dengan Belanda mampu mengimbangi dan mengalahkan pasukan Belanda. Peristiwa Perang Kusamba ini dicatat oleh Belanda sebagai kekalahan kedua setelah sebelumnya pasukan mereka dihancur leburkan oleh laskar Jagaraga di bawah pimpinan Patih I Gusti Ketut Jelantik tahun 1848.

Jika kamu hendak melihat dari dekat jejak-jejak sejarah Puputan Klungkung, kamu bisa datang ke Monumen Puputan Klungkung yang kini berdiri menjulang di tengah kota Semarapura. Letaknya, berdekatan dengan obyek wisata Taman Gili - Kertha Gosa, Pemedal Agung dan Museum Semarapura. (abe/jjb)

Hide

/

Sudang Lepet, Ikan yang Sial?

Pernah dengar kata “sudang lepet”? Kedua kata itu adalah kata dalam bahasa Bali. Secara harfiah, kata “sudang” berarti ikan asin, sedangkan “lepet” berarti sial. Jadi kalau digabungkan, “sudang lepet’ berarti ikan asing yang sial. Kasiaaaaaaaan deh lo, ikan…

Entah kenapa ikan asin khas Singaraja ini dinamakan demikian. Barangkali karena berkaitan dengan proses pembuatannya. Untuk membuat sudang lepet yang menurut penggemarnya gurihnya nggak ketulungan ini, mula-mula ikan harus dibersihkan. Setelah itu ikan tersebut dipanggang di atas kayu yang membara sambil terus dipukul-pukuli dengan alat khusus. Dipukulinya bukan di bagian atas saja, bagian bawahnya juga. Proses pembuatan yang demikian itulah yang membuat ikan menjadi pipih dan renyah seperti krupuk.

Di Bali, kecuali di Singaraja, sudang lepet tidak terlalu mudah di dapat. Di Denpasar, warung yang menyediakan sudang lepet dapat dihitung dengan jari sebelah tangan.

Meski banyak diminati, pasokan sudang lepet ini masih begitu terbatas. Hal ini lantaran pasokan bahan bakunya kerap seret. Maklum, ikan yang digunakan untuk membuat sudang lepet adalah ikan khusus (?) yang didapat di perairan Madura.

Sejauh ini, harga hasil olahan ikan ini relatif murah. Satu kemasan dibandrol dengan harga Rp 10 ribu saja. Kemasan tersebut berisi enam sudang lepet berukuran sebesar telapak tangan orang dewasa, atau sepuluh sudang lepet berukuran kecil
Pasangan yang kompak untuk menikmati sudang lepet ini adalah jukut undis dan plecing kangkung. Jukut undis adalah sayur kuah yang terbuat dari undis (kara hitam). Sedangkan plecing kangkung adalah kangkung yang diurap dengan bumbu khusus.
Ingin menyicipi sudang lepet? Pergilah ke Singaraja, kalian akan menemukan banyak warung yang menyediakan makanan tersebut. Kalau tak sempat, coba datang ke Warung Mira di jalan Katrangan No. 41 Denpasar -- sekitar empat kilometer dari pantai Sanur. Di warung tersebut kamu akan menemukan sudang lepet dengan cita rasa yang tak kalah dengan sudang lepet yang tersedia di Singaraja. (ae/jjb).

Hide

/

Dibangun, Patung Ngurah Rai Ukuran Jumbo

Meski telah terkenal sebagai daerah kunjungan wisata terbaik di Indonesia, Bali tetap saja bersolek untuk mempercantik kota-kotanya. Polesan terbaru yang saat ini tengah dilakukan adalah pemasangan patung Pahlawan Nasional Brigjen I Gusti Ngurah Rai. Patung perunggu setinggi delapan meter itu dipasang tak jauh dari pintu gerbang Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Patung tersebut bertengger di atas pondasi seluas 19,45 meter, dikitari kolam dan rencananya akan diperindah dengan 17 air mancur.

Patung perunggu yang menampilkan sosok Pahlawan Puputan Margarana tersebut tiba akhir pekan lalu dari tempat pembuatannya di Yogyakarta. Saat peletakannya di atas pondasi, Jalan Kartika Plaza, Kuta ditutup selama beberapa jam untuk menghindarkan terjadinya kemacetan lalu-lintas di daerah tersebut. Semua kendaraan yang menuju atau dari jalan tersebut dialihkan melalui jalan alternatif.

Jika dirangkai, angka-angka yang nenunjukkan jumlah air mancur, tinggi patung, dan lebar pondasi, semua itu melambangkan 17 - 8 – 1945 atau hari kemerdekaan Republik Indonesia, sebuah hari yang sakral, yang oleh Ngurah Rai dipertahankan dengan segenap jiwa raganya.

Pembangunan patung Ngurah Rai di kawasan bandara internasional di Tuban, Kabupaten Badung ini satu paket dengan pembangunan sepasang gapura yang menjulang tinggi tak jauh dari lokasi tersebut. Tahun lalu, di sela pemaparan konsep pembangunan patung dan candi bentar tersebut di depan Bupati Badung, kepada Antara, pelaksana tugas General Manager PT (Persero) Angkasa Pura I Bandara Ngurah Rai, I Ketut Erdi Nuka, SE,MM mengatakan bahwa pembangunan tersebut selain dimaksudkan untuk menunjukkan identitas Bali, juga untuk memberikan kesan khusus bagi wisatawan mau pun tamu lainnya yang datang atau pergi via Bandara.

Dibanding dengan patung Ngurah Rai (lama) yang terletak dipertigaan Jalan Bypass – Bandara, lokasi serta bentuk patung jauh lebih menarik. Bukan hanya tinggi dan besarnya saja, area sekitar untuk menikmati keindahan patung tersebut pun lebih luas, aman, dan nyaman. Jika ditata dengan tepat, kawasan ini dapat menjadi tempat menunggu yang baik bagi para wisatawan atau penjemput sebelum pesawat tiba (ae/jjb).

Hide

/

Kedamaian, Cinta dan Pengertian Seorang Dedok

Barong adalah satu dari sekian ikon Bali yang memancarkan banyak makna. Simbol ini dapat mengekspresikan cinta-kasih, kedamaian, kebenaran, dan banyak lagi. Hal itulah yang kemudian “dipinjam” oleh I Made Arya Dwita Dedok, seniman bali telah memulai perjalanan berkeseniannya sejak ia masih sangat belia. Dalam karya-karya monoprint dan blockprint-nya Dedok banyak meminjam spirit yang terpancar dalam barong untuk menyampaikan pesan atau gagasannya. Spirit tersebut ia cangkokkan dalam figur-figur babi, gajah, macan atau pun manusia yang tergambar dalam kanvasnya. Karya-karya tersebut telah terpajang dalam pameran tunggalnya bertajuk “Peace, Love and Understanding” di Ganesha Gallery, Four Seasons, Jimbaran sejak 16 April hingga 11 Mei 2009.

Meski menampilkan symbol-simbol tradisional, guratan garis dan warna serta komposisinya terasa meloncat dari kurun ke kurun menyesuaikan dengan tema yang tengah diangkatnya. Ia seolah mampu menyelinap ke alam tradisional lalu kembali ke alam modern sembari membawa sesuatu yang kemudian dipadunya menjadi karya yang kuat.


Barangkali hal ini disebabkan karena Dedok memiliki banyak bakat dan telah bekerja secara simultan dalam beberapa bidang antara lain fotografi, desain grafis, seni grafis, seni lukis, dan kartun. Dan, pada semua bidang yang digelutinya tersebut ia menunjukkan kualitas yang yahud. Ia pernah memenangkan beberapa penghargaan dalam setiap bidang tersebut. Karena bakatnya itu tahun 2008 lalu Dedok memperoleh penghargaan bergengsi yakni the Freeman Foundation Art Fellowship di Vermont Studio Center, di Johnson, Amerika. Di situlah sebagian dari karya-karya yang dipamerkan di Jimbaran dihasilkan.

Hide

/

Digelar di Denpasar, Pecha Kucha Night

Ini untuk pertama kalinya di Bali, sebuah perhelatan kreativitas yang memberi ruang bagi siapa pun untuk mempresentasikan gagasan kreatifnya. Ajang tersebut bertajuk Pecha Kucha Night. Ajang ini akan menjadi wahana pembelajaran sekaligus palung inspirasi untuk melahirkan gagasan-gagasan baru yang cemerlang.
Acara ini akan diselenggarakan pada acara peluncuran Bali Creative Entrepreneur Forum yang akan diselenggarakan di Museum Bali Denpasar, Sabtu 25 April 2009. Apa sih Pecha Kucha Night itu?

Pecha Kucha Night adalah sebuah bentuk presentasi dimana siapapun dari profesi dan bidang keahlian yang berbeda dapat menyampaikan gagasan kreatif atau proyek kreatifnya dengan suasana yang casual, menghibur dan menyenangkan. Pecha Kucha Night adalah sebuah acara non komersil yang sangat independen.

Acara Pecha Kucha Night pertama kali dibuat oleh Astrid Klein dan Mark Dytham, keduanya adalah co-founder Klein-Dytham Architecture (KDa), sebuah biro arsitek di Tokyo yang percaya bahwa kreatifitas akan berkembang jika kita saling belajar dan bertukar ide kreatif. Dalam Pecha Kucha Night difokuskan bagaimana orang-orang berlatar kreatif diberi ruang untuk bertemu, menyampaikan gagasan kreatifnya di depan publik dan belajar dari pemikiran dan gagasan orang lain.

Pecha Kucha Night diperkenalkan enam tahun yang lalu dalam suasana yang sederhana namun penuh keakraban yang membuat seluruh peserta dan pemirsanya sangat menikmati. Kini, Pecha Kucha Night telah tersebar secara cepat di 182 kota di seluruh dunia termasuk Helsinki, Rotterdam dan Groningen di Belanda; Bogotá, New York, San Francisco, dan Los Angeles di USA; Beijing dan Shanghai di China; Sydney dan Hobart di Australia; Lagos,Berlin, Belfast, Manchester dan Newcastle, Santiago, Costa Rica, Glasgow, Scotland; New Delhi dan Bangalore di India; Buenos Aires, Stockholm, Vienna, Bern, Bangkok, Bandung, Jakarta dan kini Bali

Sejauh ini, acara kota yang paling kerap menyelenggarakan acara Pecha Kucha adalah Tokyo. Kota tersebut telah menyelenggarakan Pecha Kucha lebih dari 61 kali. Jika dihitung dari sejak awal diselenggarakannya, Pecha Kucha di kota tersebut terselenggara hampir setiap bulan. Namun demikian, Pecha Kucha yang tercatat paling menghebohkan adalah saat Cannes Lion Advertising Festival dimana lebih dari 10 top executive advertising ternama dunia mempresentasikan gagasannya kepada pemirsa.

So,siapa saja yang boleh ikutan acara Pecha Kucha Night?

Kalau kamu mau mempresentasi gagasan kreatifmu di ajang tersebut, kamu boleh ikut. Tak peduli apakah kamu seorang amatir, pelajar, professional arsitek, interior designer, graphic designer, fotografer, perupa, musisi, illustrator, jurnalis, penulis, fashion designer, penari, artis, atau film maker. Pokoknya, siapa pun yang bergerak dan peduli dengan industri kreatif boleh ikut.

Syaratnya, persiapkan presentasi kamu dalam 20 frame presentasi di Power Point atau Keynote. Kemas dan sajikan dengan semenarik mungkin dengan dilengkapi gambar, ilustrasi, foto dan layout. Presentasi ini tidak boleh bernuansa politik, suku, ras dan agama. Jika sudah silakan mengirimkan copynya ke info@balicreativecommunity.org atau serahkan langsung ke Suicide Glam Renon, Jalan Cok Agung Tresna, Renon (Depan TVRI Bali) dengan ditujukan kepada Rudolf Dethu, selambatnya tanggal 24 April pukul 20.00 wita dengan mencantumkan nama, profesi dan email serta HP yang bisa dihubungi.

Pada saat presentasi kamu diberi kesempatan mempresantasikan 20 frame gagasan kamu namun setiap frame secara otomatis akan berganti selama 20 detik sehingga waktu total presentasi hanya 6 menit dan 40 detik. Ini adalah aturan internasional yang telah dibakukan oleh Pecha Kucha Night. Jangan khawatir, kalaupun waktunya setiap frame hanya 20 detik, bsa kok membawakannya tetap dengan casual.(ae/jjb)

Hide

/

Pameran Foto “The Journey” Lukman Siswo Bintoro

Mata adalah indera manusia yang menjadi perantara antara diri dan luar diri. Obsesi, harapan dan impian manusia berada di dalam diri. Sedangkan perilaku dan tingkah polah berada di luar diri. Mata menangkap gambaran kehidupan di luar manusia, untuk kemudian menyerapnya ke dalam. Pada pameran tunggal bertajuk “The Journey” yang digelar di Museum Bali 18-22 April 2009, Lukman Siswo Bintoro menjadikan kamera sebagai mata untuk menangkap "gerakan dalam" diri manusia yang memancar lewat gerak dan polahnya.

Dengan kameranya, lelaki kelahiran Malang tahun 1974 ini ‘membekukan’ kompleksitas perilaku manusia masa kini dan menjadikannya karya-karya kontemplatif. Dan, disiplin foto jurnalisme yang dianutnya membuat realitas yang terekam dalam foto-fotonya serasa hadir di hadapan orang yang melihatnya.

“Karya-karya foto di dalam pameran ini adalah hasil kontemplasi saya sebagai seorang jurnalis foto yang telah melakukan perjalanan panjang mengabadikan peristiwa demi peristiwa ,” papar pria berpenampilan lembut.

Lukman memang bukan foto jurnalis kemarin sore. Di Bali dia memulai langkahnya sejak tahun 2000 dengan menjadi staf fotografer di Harian Nusa. Di situ ia berkutat hingga empat tahun lamanya. Setelah merasa mantap untuk berdiri sendir, pada tahun 2004 ia memutuskan untuk menjadi fotografer lepas.

Kualitas karya-karya Lukman membuatnya terpilih menjadi satu-satunya pewarta foto Indonesia yang mendapat scholarship untuk mengikuti Angkor Photo Workshop dan Angkor Photography Festival pada 2006 di Kamboja. Kualitas karyanya pula yang membuat foto jurnalistiknya diterbitkan di 30-an media seperti Tempo, The Jakarta Post, Time Asia, Financial Times, The Dailytelegraph, Oberoi Magazine International, The Bulletin Magazine dan majalah Tempo. Apple Inc. memilihnya sebagai salah satu fotografer untuk pembuatan materi dalam kampanye iklan Aperture, software pengolah foto digital keluaran Apple. Saat ini secara reguler mengerjakan penugasan-penugasan dari News Limited Australia (ae).

Hide

/

Melonjak, Kunjungan Pelancong Iran ke Bali

Warga negara Iran ternyata memiliki hobi melancong ke negeri lain. Beberapa negara seperti Brazil, Cyprus, Turki, Dubai, India, Thailand, Malaysia mencatat kunjungan warga Negeri Mullah tersebut ke negerinya cukup tinggi dan meningkat dari tahun ke tahun. Bagaimana dengan kunjungan ke Indonesia? Kunjungan turis Iran ke Indonesia juga cukup banyak. Yang terbanyak mereka berkunjung ke Bali. Yang menarik, dalam tiga tahun terakhir, kunjungan tersebut meningkat pesat. Diduga hal ini disebabkan oleh karena Pemerintah Indonesia memberlakukan Visa on Arrival (VoA) serta kunjungan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad ke Bali bulan Mei 2006 yang lalu.

Beberapa pelaku wisata mencatat, sejak saat itu kunjungan yang mulanya hanya berkisar 75 orang per tahun meningkat menjadi 300. Bahkan, menurut Amir Husin Zare, GM Aryana Service kepada Harian Radar Bali, saat Tahun Baru Iran yang jatuh pada 20 Maret 2009 lalu, perusahaannya sukses meng-handle 800 turis Iran yang datang ke Bali dengan men-charter tiga pesawat Boing 747-300 milik maskapai penerbangan Iran, Mahan Air.

Di Jakarta, bulan lalu, dalam keterangannya kepada Pers mengenai rencana pembukaan jalur penerbangan Teheran-Jakarta oleh maskapai penerbangan swasta Iran, Mahan Air, Menbudpar Jero Wacik mengatakan bahwa kunjungan turis Iran ke Indonesia pada tahun 2008 sebanyak 7 ribu orang.

"Dengan adanya penerbangan langsung ini kunjungan wisman dari Iran ke Indonesia akan meningkat tajam. Bisa naik hingga 300 persen," ucapnya.

Menurut beberapa pelaku wisata, dengan promosi yang tepat, bukan tak mungkin kunjungan turis Iran ke Bali mencapai 400 turis dalam sepekan.

Baca juga: Restoran Non-Babi di Bali

Hide

/

Workshop Creative Entrepreneur Forum di Museum Bali

Untuk mendorong laju perkembangan ekonomi kreatif (khususnya di Bali), Komunitas Kreatif Bali menyanangkan rangkaian program kreatif yang akan diselenggarakan di tahun 2009 dan 2010. Secara praktis rangkaian kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menumbuh suburkan kemunculan insan-insan kreatif yang memiliki wawasan bisnis yang baik. Dengan wawasan bisnis yang baik tersebut diharapkan akan tumbuh kemampuan dalam diri mereka untuk menjadi creative entrepreneur yang mandiri.

Ayunan langkah awal untuk niat tersebut adalah dengan menyelenggarakan Workshop Creative Entrepreneur Forum yang akan digelar pada Sabtu, 25 April 2009 pukul 09.00 Wita di Museum Bali Denpasar.

Pembicara dalam workshop ini adalah Aldi dari Bali Biz Consulting Bali, Marius Widyarto (Wiwied C59) dari C59 Bandung, serta Popo Danes dari Popo Danes Architect Bali. Ada pula talkshownya bertema Peluang Bisnis Kreatif di Era Ekonomi Kreatif dengan materi antara lain Music Business oleh Robin Malau serta Photography oleh Rio Helmi.

Bersamaan dengan acara ini akan diadakan beberapa mata acara penting yaitu presentasi Denpasar Creative City 2010, sosialisasi kompetisi International Young Creative Entrepreneurs British Council, dan Pecha Kucha Night.

Bagi peminat industri kreatif yang kebetulan liburan di Bali, workshop ini bisa jadi merupakan semacam bonus bagi liburanmu. Kamu bisa mendapat wawasan lain tentang Bali dan “bangunan kreativitas”nya sehingga kamu bisa menikmati Bali dengan cara yang tidak biasa-biasa saja. Cukup dengan merogoh kocek Rp. 100.000 per orang kamu akan mendapat banyak ilmu baru plus coffee break & makan siang.

Kalau mau ikutan, hubungi Dayu(Bali Export Development Organization) c/o Bali Garden Hotel Jl. Dewi Sartika-Kuta, Ph/Fax :+62 361 759282; 7909697 (abe-dari laporan Arief Budiman)

Hide

/

Long Weekend, Akses ke Besakih Macet Berat

Menginjak hari ke-16 rangkaian upacara Panca Bali Krama dan Batara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih, hari Minggu (12/4) kemarin umat yang datang untuk bersembahyang membludak hebat. Para Pemangku yang bertugas di Pura Penataran Agung memperkirakan sekitar 40 ribu umat hadir di pura terbesar di Bali tersebut sejak subuh hingga malam hari. Pada puncak kepadatan, luapan kedatangan tersebut membuat kawasan Pura Agung Besakih tak ubahnya lautan manusia. Jalan utama menuju kawasan Besakih pun sempat macet total beberapa jam lamanya. Kemacetan dimulai dari Desa Rendang, sekitar empat kilometer dari Besakih.

Kepadatan kendaraan di jalur yang menanjak tersebut membuat beberapa kendaraan hangus kampas koplingnya dan mogok. Hal ini semakin memperparah kemacetan yang ada.

Di kawasan pura sendiri, arus ribuan manusia tersebut sempat macet total. Kemacetan tersebut terjadi di sisi kanan Pura Penataran Agung, yakni pada jalur menuju pura-pura Pedharmaan (tempat pemujaan leluhur klan-klan yang ada di Bali).

Titik kepadatan tertinggi adalah di depan Pedharmaan Ratu Pasek dan Pedharmaan Dalem Sukawati. Karena kedua pedharmaan ini terletak di tengah-tengah, sehingga arus ribuan manusia tersebut tertahan di depan kedua gerbang pura tersebut. Di tengah sengatan cahaya matahari yang begitu terik, tak pelak beberapa umat mengalami kelelahan dan pingsan. Namun berkat ketersediaan pos-pos kesehatan dan kesigapan petugas medis, hal-hal fatal akibat kesesakan tersebut tak sampai terjadi.

“Lonjakan luar biasa ini terjadi sejak Kamis malam lalu, tapi yang paling hebat hari ini,” ungkap I Gusti Gde Mangku Manik Kubayan, Pemangku senior yang setiap hari melayani umat di Pura Penataran Agung. Gusti Mangku menduga liburan akhir pekan yang panjang sejak Jumat hingga Minggu membuat luapan umat ini sangat membludak.

“Ini juga saya duga akibat limpahan umat yang nangkil (bersembahyang) di Pura Batur yang hari-hari upacaranya bersamaan,” imbuhnya.

Untunglah bludakan tersebut tak sampai mengganggu kekhidmatan umat bersembahyang. Pengaturan shift bagi umat yang hendak masuk ke pura Penataran Agung dan pura-pura lainnya membuat suasana persembahyangan menjadi tertib.

Namun demikian, kepadatan tersebut membuat beberapa umat terpisah dari rombongannya. Hingga petang, tak kurang dari 19 laporan masuk ke panitia. Mereka mengadukan telah ‘kehilangan’ anak, istri atau anggota keluarga lainnya. Setelah diumumkan, dalam beberapa menit semua keluarga/rombongan yang terpisah tersebut dapat bertemu kembali. Semisal
Made Santa (delapan tahun) dan Ida Bagus Ade (sembilan tahun) yang sempat terpisah dari orangtuanya, setelah diumumkan melalui pengeras suara dapat ditemukan kembali beberapa saat kemudian.

Tentang kepadatan umat yang datang ini, Bendesa (ketua) Adat Desa Besakih, I Wayan Gunatra memperperkirakan bahwa hal tersebut tak akan terjadi pada hari-hari kerja.

“Menurut pengalaman, kepadatan terjadi pada Sabtu malam hingga minggu dini hari,” paparnya.

Sementara itu pihak Kepolisian yang bertanggungjawab atas kelancaran arus lalu-lintas terus-menerus mengimbau masyarakat agar mengikuti saran-saran yang telah mereka sampaikan untuk menghindari kemacetan.

“Saudara-saudara saya, saya mohon kepada anda untuk menggunakan jalur yang disarankan petugas, memarkir kendaraan di tempat yang telah disediakan, gunakan mobil dengan kapasitas maksimal 27 tempat duduk, dan tidak memarkir kendaraannya di badan jalan,” ucap Kapolsek Rendang AKP I Ketut Badra.

Nah, bagi kamu yang hendak berwisata ke Pura Besakih, pilihlah hari yang tepat agar kunujunganmu menyenangkan (jjb/ae).

Hide

/

Kurator Independen Susun Materi PKB ke-31

Untuk mengembalikan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke greget terbaiknya seperti pernah terjadi beberapa tahun yang lalu, panitia PKB 2009 melakukan pembenahan di segala bidang. Salah satu pebenahan mendasar yang dilakukan adalah perubahan tim dan mekanisme seleksi. Mulanya jenis pertunjukan dan grup kesenian yang akan tampil di ajang PKB ditentukan oleh tim kurator yang terdiri dari para birokrat kesenian, kini tim tersebut adalah tim independen yang terdiri dari seniman dan budayawan.

Anggota tim independen tersebut selain dipandang memiliki kapasitas pengetahuan yang baik mengenai kesenian Bali, juga memiliki obyektivitas dan netralitas yang baik untuk memberi ruang yang proporsional semua bidang kesenian yang akan ditampilkan dalam ajang PKB yang akan diselenggarakan pada tanggal 13 Juni hingga 11 Juli 2009 tersebut. Inilah tim kurator independen pertama sejak PKB diselenggarakan 31 tahun yang lalu.

Tim kurator tersebut diketuai oleh Kadek Suardana (Dramawan), dengan anggota terdiri dari I Wayan Madra Aryasa (Budayawan), Prof. Dr. I Wayan Dibia (ISI , Putu Satria Kusuma (Sutradara), A.A. Mas Susilawati (Pendidik Kesenian-SMKI Sukawati) dan I Gusti Putu Sudarta (Pendidik Kesenian-ISI Denpasar). Mereka inilah yang akan melakukan penataan pelaksanaan PKB untuk mengembalikan elan vital pesta kesenian tahunan kebanggan masyarakat Bali tersebut.

Begitu dikukuhkan, segunung harapan langsung bercokol di pundak mereka. Sebagian masyarakat pecinta seni di Bali mengharapkan tim ini mampu membuat jalan lempang bagi pembangunan ulang citra PKB menjadi sebuah ajang perhelatan seni berkelas dunia.

Sejauh ini tim kurator PKB tengah bekerja keras menggodok sebuah ramuan untuk mengakomodasikan berbagai harapan, masukan dan keinginan berbagai pihak. Mereka masih enggan berkomentar mengenai rencana pelaksanaan PKB ke-31 ini. Yang pasti, dalam PKB mendatang akan digelar berbagai pertunjukan seni terpilih dari seluruh kabupaten di Bali, ditambah pertunjukan kesenian terpilih dari berbagai daerah di Nusantara, pertunjukan-pertunjukan bernas dari berbagai negara.

Hide

/

Kapolda Larang Turis Berbusana Minim di Tengah Kota

Bagi banyak pelancong bule, paparan sinar matahari di daerah tropis macam Indonesia memang merupakan kemewahan yang mesti direguk sepuas-puasnya. Itulah yang kerap mereka lakukan di Bali. Dengan penuh kegembiraan mereka membuka hampir semua penutup tubuh untuk ‘mereguk’ sebanyak mungkin cahaya matahari tersebut, pada setiap kesempatan. Celakanya, tidak hanya di pantai atau tempat-tempat khusus mandi cahaya saja mereka membuka busana. Bahkan sembari mengendarai sepeda motor di tengah kota pun mereka kerap bertelanjang dada.

Bagi Kepala Kepolisian daerah Bali Irjen Polisi Ashikin Husein, hal itu terasa kurang patut. Karena itu Sabtu (3/4) lalu, ia memerintahkan jajarannya untuk mengawasi para pelancong dan menegur mereka jika kedapatan mengendarai sepeda motor di jalan raya dengan bertelanjang badan atau berbusana minim.

Kapolda malah memerintahkan jajarannya untuk menyiapkan kaos oblong untuk langsung serahkan kepada pelancong yang ‘tertangkap’ tersebut. Namun, pemberian kaos oblong tersebut harus dilakukan dengan selektif agar tidak disalahgunakan oleh warga lokal untuk memperoleh kaos gratis.

Menurut Kapolda, Bali menarik bagi para pelancong dari seluruh dunia selain karena keindahan alam dan keunikan tradisinya, juga karena getaran kesucian yang dimiliki Pulau Dewata. Untuk menjaga kesucian itulah, menurutnya, polisi sebagai penegak hukum dan pengayom masyarakat mengambil bagian.

Selain mengawasi pelancong yang berpakaian minim di area publik (selain pantai dan kolam renang), Kapolda juga memerintahkan jajarannya untuk lebih ketet mengawasi seks bebas dan peredaran narkoba.

Hide

/

Dipamerkan, Foto Dokumentasi Upacara-upacara Besar di Pura Agung Besakih

Tentu tak banyak yang dapat dibayangkan mengenai suasana upacara-upacara besar yang pernah diselenggarakan di Pura Agung Besakih jika tak ada dokumentasi yang baik berupa foto dan catatan-catatan. Adalah Made Widnyana Sudibya, seorang Arsitek pecinta fotografi yang dengan tekun mengabadikan secara detil setiap rangkaian upacara-upacara besar di pura terbesar di Bali tersebut.

Kini, melalui rekaman kamera Widnyana, khalayak dapat mengetahui dan membayangkan kejadian dan runut upacara besar seperti Ekadasa Rudra tahun 1979, Pnca Bali Krama tahun 1989, Tri Buwana tahun 1993, Eka Buwana tahun 1996, Panca Bali Krama tahun 1999, dan Panca Bali Krama 2009. Foto-foto yang disajikan dalam 15 panel berukuran 100 x 200 centimeter tersebut sejak Minggu (5/4) dipamerkan di gedung Sasana Budaya di pelataran pura Besakih.

Ratusan foto yang dipilih dan ditata dengan apik oleh Widnyana yang pernah didapuk sebagai ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Bali selama dua periode tersebut memberi gambaran yang cukup komprehensif tentang rangkaian setiap upacara-upacara penting bagi masyarakat Hindu tersebut.

Berikut adalah dua comntoh panel-yang dipamerkan tersebut.

Upacara Eka Dasa Rudra, 100 tahun sekali (1979)










Upacara Panca Bali Krama, sepuluh tahun sekali (1989)

Hide

/

Fenomena Gunung Agung Bertedung

Fenomena alam kerap kali terasa aneh dan menakjubkan. Datang dan perginya pun sering tak terduga. Begitu banyak fenomena hadir di muka bumi ini, dan manusia memaknainya dengan berbagai sudut pandang dan tafsir. Ada yang membacanya dengan kacamata ilmiah, ada pula yang melongoknya dari jendela mistis. Dari sudut mana pun kamu melihatnya, fenomena Gunung Agung bertedung awan yang terjadi pada hari raya Galungan ini sungguh memesona. Silahkan memaknai fenomena yang muncul di hari besar yang berentetan dengan hari raya dan upacara-upacara besar lainnya di Bali yakni Panca Bali Krama, Nyepi, Kuningan, Bhatara Turun Kabeh tersebut…

Foto Gunung Agung Bertedung di atas adalah pemandangan Gunung Agung yang diambil pada tanggal 18 Maret 2009 pukul 17.55 Wita oleh Jro Mangku Bagiartha dari perbatasan desa Pempatan-Suter, Kecamatan Rendang, dengan kamera ponsel.

Di bawah adalah foto-foto pemandangan Gunung Agung yang di ambil sebelum dan sesudah munculnya fenomena “Gunung Agung Bertedung" tersebut.
Foto ini dibuat oleh Maria Ekaristi pada tanggal 16 Maret 2009 pukul 08.55 Wita dari jalan Dalem Puri, desa Besakih, dengan kamera digital.




Foto ini dibuat oleh Jro Mangku Nyoman Artawan pada tanggal 18 Maret 2009 pukul 18.12 Wita dari pelataran Pesucian, sisi kiri Pura Penataran Agung, Besakih dengan kamera ponsel.


Sekadar catatan, menurut para Pemangku di Pura Agung Besakih, setiap kali ada upacara besar di pura tersebut, selalu ada fenomena menakjubkan yang terlihat di kawasan puncak Gunung Agung. Yang paling kerap adalah fenomena cincin awan melingkari kepundan gunung tertinggi di Bali itu.

Hide