Archive for December 2009

/

“Apa Ini, Apa Itu” , Pertanyaan 27 Seniman Jelang 2010

Tajuk happening art ini seperti judul buku pengetahuan anak-anak yang menunjukkan berbagai rahasia alam sekitar. Tampaknya memang begitulah niat 27 seniman dari enam negara yang tergabung dalam acara ini. Mereka menjadikan dirinya sebagai kanak-kanak yang takjub pada rahasia-rahasia kehidupan yang mereka jalani; tentang ketakmengertian mereka mengenai banyak hal pada tahun 2009 dan tentang ketidaktahuan yang menggantung di benak mereka memasuki tahun 2010. Dan, semua perasaan takjub itu mereka ekspresikan dalam pameran instalasi dan happening art di Pantai Lepang Klungkung, Bali, 29-31 Desember 2009.

Namun, menurut Wayan Sujana Suklu,
Ketua Panitia perhelatan ini, acara lebih dari sakadar itu. Selain mengekspresikan ketakmengertian dan ketidaktahuan, acara tutup tahun ini juga bermaksud hendak mengajak masyarakat berbaur dan berekspresi. Diharapkan dari enteraksi tersebut akan terbuka semacam jalan pencerahan di hati masing-masing sehingga memudahkan menemukan keindahan hakiki pada langkah-langkah di tahun berikutnya.

“Dalam tiga hari ini kami mengajak masyarakat untuk merespons berbagai karya seni kontemporer yang disajikan selama 72 jam nonstop,” paparnya.

Untuk itu, panitia juga menyediakan 100 gendang jembe untuk ditabuh secara bergantian oleh pengunjung yang hadir dalam rangkaian menyambut pergantian tahun. Hal itu akan menjadi peristiwa “liar” yang akan meningkahi berbagai suguhan kesenian tari, musik, instalasi, fotografi, dan lainnya.

Art Director Daniel LeClaire asal Amerika Serikat (AS) juga memberikan ruang bagi seniman untuk melakukan proses kreatif di acara ini dan seluruh kegiatan ini akan didokumentasikan dalam bentuk film, buku, dan pameran fotografi tahun depan.

Ke-27 peserta itu adalah kolektor asal Jerman Adi Bachmann yang akan memamerkan reproduksi karya seni rupa kelas dunia, yakni Agung Gunawan, Cedil, Charlie Crooijmans (Belanda), Daniel Kho, Daniel Zacharias, Danuta Franzen (Polandia), Deasylinada da Ary, Eko Prawoto, Gusti Sudibia, I Gede Made Surya Darma, IG Nengah Hari Mahardika, Joko Dwi Avianto, Made Djirna, Ni Kadek Diah Kristin Natalia (Bali), dan Mireki Jasmiene Okubo (Jepang).

Seniman Nyoman Erawan akan mengadakan pertunjukan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Nyoman Sujana Kenyem yang terakhir bergulat dengan bambu dan daun sudah menyiapkan karya di pantai. Ada pula penari Nyoman Sura, Putu Satria Kusuma, Shoosie Sulaiman (Malaysia), Tisna Sanjaya, Wawan Setiawan Husin, Wayan Pacet, Wayan Sudiarta, Wayan Sujana Suklu, dan Welldo Wnophringgo.

Program:

Tuesday December 29, Vernissage on the Beach
16:00 Welcoming Speech by Daniel LeClaire, Art Director Djagad Art House
16:10 Welcoming Speech by Bpk Wayan Candra, Regent of Klungkung
16:20 Festival Opening by Klunkung sand miner Bpk I Nyoman Artawan
16.30 Contemporary Bale Ganjur Orchestra Procession from the Beach to Kubu
17.30 Tisna Sanjaya will unearth Artworks buried during the Sanur Village Festival and bring them to Kubu
18.00 Performance, 53,5 Hours of Watching You, Weldo Wnophringgo will enter Kubu house for the duration of the festival (Conceptualized by Daniel Kho and Suklu)
19.00 Contemporary Bale Ganjur Orchestra Procession from Kubu to the Beach
20.30 Performance Srimimpi in Wonderland, Agung Gunawan and Deasylinada Ary at the Beach
21.30 Contemporary Music Performance,Wayan Pacet at the Beach
22.30 Contemporary Music Performance, Cedil at the Beach
22.30 Open Performance ‘Silence’ at Kubu and the Beach

Wednesday December 30, Midissage at Kubu and the Beach
00.00-24.00 Performance Watching You,Weldo Wnophringgo at Kubu
01.00 Performance, Wayan Sudiarta at Kubu
02.00 Performance, Wawan Setiawan Husin responds to Weldo Wnophringgo at Kubu
03.00–06.00 Open Performance ‘Tranquil’ at the Beach
06.00 Performance Kokok Ayam, Wayan Sudiarta at the Beach
07.00 Performace of mutual response by Agung Gunawan,Wawan S Husin and Wayan Sudiarta at the Beach
08.00 Diah and Jasmiene Okubo respond to Suklu’s Artwork at Kubu
09.00-15.00 Open Performance at Kubu
14.00 Performance Ini Ngremo, Deasylinada Ary at the Beach
14.30 Performance, Nyoman Sure at the Beach
15.00 Performance, Putu Satria Kusuma at the Beach
16.00 Performance, I Gede Surya Darma at the Beach
17.00 Diah and Jasmiene Okubo respond to Eko Porwoto’s Artwork at the Beach
18.30 Performance Symphony Senja, Agung Gunawan at the Beach
19.00 Music Peformance, Contemporary Gentong, Wayan Pacet at the Beach
20.00 Light Painting Performance, Daniel Zacharias at the Beach
20.30 Performance Nyoman Sura at the Beach
21.00 Music Performance, Ngurah Rai Mahardika at the Beach
22.00 Performance, Putu Satria Kusuma at the Beach
22.30 Contemporary Music Performance, Cedil at the Beach
22.30-24.00 Open Performance and Music at the Beach

Thursday December 31, Finissage at the Beach
00.00-23.30 Performance Watching You,Weldo Wnophringgo at Kubu
01.00-05.00 Open Performance ‘Stillness’ at Kubu
06.00 Performance Kokok Ayam, Wayan Sudiarta at Kubu
07.00 Performance ‘Words’, Putu Satria Kesuma at Kubu
08.00 Performance Ini Ngremo,Deasylinada Ary at Kubu
09.00-15.00 Open Performance at the Beach
10.00-18.00 Open Installation using Tires at the Beach
15.00 Performance ‘Words’,Putu Satria Kesuma at the Beach
17.00 Performance Sympony Senja,Agung Gunawan at the Beach
17.30 Contemporary Music Performance, Cedil at the Beach
18.00 Performance,Wawan Setiawan Husin at the Beach
19.00 Contempory Bale Ganjur Orchestra at the Beach
20.00 Performance Srimimpi in Wonderland,Agung Gunawan and Daniel Kho at the Beach
21.00 Music Performance, Ngurah Rai Mahardika at the Beach
21.20 Performance Melangkoli, Agung Gunawan at the Beach
21.30-23.30 Music Performance 100 Jembe at the Beach
23:30 Performance Tisna Sanjaya Funeral March of Artworks accompanied by Weldo Wnophringgo leaving the Kubu house and the Bale Ganjur Orchestra from Kubu to the Beach
24.00 Performance Nyoman Erawan responds to Tisna Sanjaya’s Artwork at the Beach
00.30-Onwards Open Performance and Music at the Beach

Djagad Art House – Team
Daniel Kho (Initiator, Conceptor, Founder)
Daniel LeClaire (Art Director)
Daniel Zacharias (Founder)
Wayan Sujana Suklu (Founder)
Wayan Sudiarta (Founder)


Hide

/

Denpasar Festival, Melepas Matahari 2009

Melepas tahun 2009 dan menyambut tahun baru 2010, Kota Denpasar menyelanggarakan sebuah event besar bertajuk “Denpasar Festival'09”. Acara yang sebelumnya dikenal dengan nama “Gajah Mada Town Festival” ini merupakan sebuah perayaan akhir tahun yang terbuka untuk umum. Di dalamnya digelar aneka ragam kekayaan ekspresi dan kreatifitas yang tumbuh di Kota Denpasar. Ekspresi tersebut terpancar dalam bentuk pameran, seminar dan pentas seni, dan hiburan.

Denpasar Festival ini merupakan pengejawantahan dari semangat menjadikan Denpasar sebagai sebuah Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan. Tahun ini, tema yang diangkat adalah adalah “Embracing Tomorrow” atau “Menyongsong Masa Depan Gemilang”. Tema tersebut merupakan lanjutan dari tema festival sebelumnya “Inspirational Memories”, menyerukan sebuah keyakinan bahwa keagungan masa lalu merupakan modal dasar untuk meraih masa depan yang gemilang.

Seniman yang tampil pada festival ini antara lain Made Budhiana (pelukis), A.A. Yoka Sara (desainer arsitektural), I Wayan Gede Yudana (musisi, komposer world music), Jango Pramartha (kartunis), Arsawan (desainer kain), Kadek Suardana (koreografer).

Puncak acara festival akhir tahun ini adalah acara “Melepas Matahari 2009” yang akan delakukan oleh semua komponen seniman dan masyarakat Denpasar sebagai bentuk penghormatan kepada Sang Waktu yang telah mendewasakan kota Denpasar untuk menyongsong masa depan yang cemerlang.

Bagi kamu yang kebetulan berlibur di Bali, nikmatilah berbagai acara menarik yang digelar pada event ini.

Untuk mengetahui program acara, klik Jadwal Denpasar Festival'09.

Hide

/

The favehotel Denpasar, Hotel Nyaman di Pusat Bisnis

Hotel baru ini mungkin bisa menjadi pilihan yang menyenangkan bagi kamu yang tengah berlibur atau berbisnis di Bali. Bisa juga untuk reuni atau pertemuan keluarga. Terletak di pusat kawasan bisnis dan pertokoan, desain dan style hotel ini membuat setiap tamu yang dating merasa nyaman dan tentram.

Ukurannya yang besar dan kebersihannya yang terjaga, membuat setiap kamar terasa nyaman untuk dihuni. Apalagi di dalam kamar-kamar tersebut dilengkapi dengan beragam fasilitas yang memanjakan dan ramah lingkungan seperti tempat tidur berkualitas (peraih Serta Award), televisi LG LCD, pengatur suhu dengan remote controll, kamar mandi yang mewah dengan standing shower, serta koneksi free WiFi untuk kemudahan berinternet. Untuk melengkapi perasaan nyamanmu, setiap kamar menggunakan security key card locking system.

Untuk pembayaran, selain cash atau dengan kartu kredit, bekerjasama dengan Telkomsel, The favehotel Denpasar menyediakan layanan T-Cash. T-Cash adalah sistem pembayaran digital menggunakan nomor kartu ponsel. Melalui T-Cash, pelanggan Telkomsel dapat melakukan transaksi seperti pembelian barang, cek saldo, pembayaran jasa serta mengambil uang tunai.

Ini merupakan langkah maju dalam industri wisata. Dengan T-Cash, para tamu The favehotel Denpasar yang menjadi pelanggan Telkomsel dapat melakukan pembayaran dengan lebih praktis dan aman. Yang menarik lagi, hanya dengan menunjukan nomor Telkomsel-nya, seluruh pelanggan Telkomsel yang menginap di Superior Room Fave Hotel akan mendapatkan harga khusus Rp 368.000,- nett/malam dan Rp 325.000,- nett/malam (room only) serta potongan harga 25 persen untuk pembelian F&B di Haaven Coffee hingga periode 30 Juni 2010.

Jika tertarik menginap di sana, datang saja langsung ke Jl.Teuku Umar no.175-179 Denpasar, atau kontak via telepon (0361) 8422299, e-mail: Denpasarinfo@TheFaveHotels.com (abe/jjb)

Hide

/

Sektor Pariwisata Juga Rawan Korupsi

Berkaitan dengan momentum Hari Antikorupsi Sedunia 9 Desember ini, beberapa pelaku wisata mengingatkan bahwa korupsi adalah penyakit sosial yang bisa merambah ke berbagai sektor, tak terkecuali sektor pariwisata. Seorang tokoh wisata Bali yang enggan disebutkan namanya, menyontohkan beberapa kasus korupsi di Indonesia yang menyentuh sektor pariwisata. Memang, dalam pantauan jalan-jalan-bali, pada tiga tahun terakhir ada beberapa kasus korupsi yang melibatkan birokrat kepariwisataan di berbagai daerah di Indonesia.

2007

  • Mantan Kepala Badan Pengawas Kota (Bawasko) Pemkot Surabaya, Bambang Sugiharto, dijebloskan ke tahanan Rutan Medaeng setelah diperiksa 7 jam terkait dugaan korupsi pengadaan buku wisata Rp 160 juta.

2008
  • Hairun Labatjo, Pelaksana Tugas Sekretaris Kabupaten Parigimoutong, Sulawesi Tengah, ditetapkan sebagai tersangka korupsi pengadaan kapal cepat Dinas Pariwisata, Seni, dan Budaya. Korupsi yang dilakukan bersama perusahaan rekanan milik tersangka Dahnia itu diperkirakan merugikan negara Rp 36 juta.
  • Kepala Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, Kabupaten Kepulauan Memtawai, Sumbar, Zulkarlin diadili terkait dugaan tindak pidana korupsi penyalagunaan anggaran perjalanan dinas sekitar Rp646 juta lebih;

2009
  • Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jambi, Samawi Darihim, dijebloskannya ke penjara setelah terbukti melakukan korupsi sebesar Rp 5,8 miliar lebih dalam proyek pembangunan sarana hiburan di kawasan hiburan Tamanrimba, Kota Jambi
  • Ivan Saleh, mantan Kepala Sub Bagian Anggaran Pemerintah Kota (Pemkot) Manado, diadili karena bertanggungjawab atas proposal fiktif di Dinas Pariwisata Manado untuk membawa paduan suara U Choral Manado ke Belanda dan Jerman guna melakukan promosi pariwsata, namun tidak dilakukan. Dengan proposal fiktif itu Ivan merugikan negara sekitar Rp 500 juta.

Di Bali, ungkap tokoh wisata tersebut, beberapa pelaksanaan birokrasi wisata juga berpotensi korup. Namun ia enggan merincinya.

“Anda cari tahu sendiri saja. Saya bukan dalam kapasitas untuk membeberkan itu,” tandasnya.

Hide

/

Cafe untuk Orang-orang "Sok Tahu"

Oleh : Maria Ekaristi & Agung Bawantara

Ya, di café ini siapa pun boleh sok tahu. Soalnya, seluruh menu yang ditawarkan di sini memang serba tahu. Lihat saja daftar menunya. Ada Tahu Gimbal, Tahu Gejrot, Tahu Tek, Sapo Tahu, Steam Tofu, Tahu Guling, Tahu Asam Manis, Tahu Mie Kepyok, Tahu Bum, Tahu Campur, Tahu Sayur Asin, Tahu Gembrot, dan banyak lagi. Seluruhnya tak kurang dari 60 menu berbahan tahu! Nama cafe ini adalah "Cafe Tahu"

Selain makanan, di café ini juga tersedia penganan berbahan tahu seperti Tahu Kipas, Kripik Tahu, dan Snack Tahu. Juga minuman berbahan serupa tahu, yakni Sari Kedelai. Singkat cerita, café milik Zakaria ini menarik untuk kamu kunjungi jika melakukan peralanan ke arah Bedugul atau Lovina (Singaraja). Di café yang beroperasi dari pukul 09.00 hingga 19.00 Wita ini terdapat sepuluh balai-balai beratap alang-alang (berlapis mika). Di sana kamu dapat menikmati hidangan dengan santai dan nyaman.

Yang istimewa, selain rasanya lezat, harga hidangan di café ini juga bersahabat. Harga seporsi makanan bermula dari Rp 5 ribu. Menu termahal, berharga Rp 25 ribu, yakni Steam Tofu Salmon. Dan, dengan pengolahan tahu yang dimiliki sendiri, “Café Tahu” menjamin rasa dan kebersihan tahu yang dihidangkan.

“Selain enak, kami jamin menu-menu di sini sehat, dan murah,” ucap Zakaria.

Mau tahu tempatnya? Cafe Tahu ini berada di Jl. Raya Denpasar – Bedugul Km 37, Luwus, Baturiti, Tabanan. Sangat mudah menemukannya. Sebab cafe ini berada di sisi jalan raya dan di depannya terdapat sebuah caravan putih bertuliskan "Cafe Tahu". Pemesanan bisa melalui telepon nomor (0361) 7459953, 0811392334.

Hide

/

Selancar Malam di Ombak Kuta

Berselancar adalah olahraga air yang mengasyikan. Sensasi mengendarai papan di atas deburan dan liukan ombak membawa kamu pada kesenangan yang lain. Karena itu, para pehobi selancar sampai keranjingan memburu ombak-ombak tinggi di berbagai pantai di seluruh dunia. Bahkan, ada komunitas peselancar yang menjajal untuk melakukan ‘tarian ombak’ itu di malam hari, seperti yang dilakukan di pantai Kuta Selasa (1/12) yang lalu. Dalam acara Surfing at Night yang digelar di depan Mercure Hotel itu, belasan peselancar laki dan perempuan turun ke laut setelah matahari surup, untuk menjajal deburan ombak pantai Kuta di malam hari. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, berbaur dengan para peselancar dari manca negara.

Apa menariknya berselancar malam hari?
Menurut Yuli, peserta yang berasal dari Pangandaran, Jawa Barat, berselancar malam hari memberikan pengalaman yang luar biasa. "Sama seperti (berselancar pada) siang (hari), tapi tantangannya berbeda. Konsentrasi harus terfokus pada areal cahaya yang berasal dari lampu sorot untuk melihat ombak yang datang. Itu memerlukan konsentrasi yang baik," paparnya.

Dedi Santosa, peserta lain, menambahkan bahwa take off di malam hari sangat susah. “Lihat ombaknya saja susah apalagi mencari ombak bagus," tuturnya.

Dedi Santosa adalah peselancar yang menduduki peringkat 4 Indonesia Surfing Championshin (ISC) 2009. Sebagai peselancar, ia sudah pernah menjajal berbagai spot (ombak bagus) di luar negeri. Mulai dari Pantai Gold Coast di Queensland, Australia, Pantai Chiba Jepang, dan California Amerika Serikat. Baginya, sensasi menaklukkan ombak di siang hari dan malam hari sangat berbeda.

Di Kuta, malam itu, Dedi hanya 30 menit menjelajahi ombak. Ia keluar setelah bergelut menggeluti ombak di kegelapan malam. Selama itu, dia hanya berhasil menaklukkan beberpa kecil ombak saja. "Mungkin dua atau lima ombak saja," terangnya. Padahal, jika siang hari, dengan waktu yang sama, ia mampu mengendarai belasan bahkan puluhan ombak dengan mudah.

Yang menarik, justru karena kesulitan tersebut para peselancar jadi penasaran. Menurut mereka yang menjadi tantangan utama adalah cara mengenali datangnya ombak, serta membedakan kedatangan ombak besar dengan ombak kecil.

“Soal rasa dingin, sama sekali tidak ada masalah. Justru pada malam hari air laut terasa hangat,” terang
Piping, salah satu pelaksana kegiataan ini.

Menurut Piping, di Indonesia kegiataan itu baru pertama kali diselenggarakan. “Tapi, di luar negeri sudah biasa,” ungkapnya sembari menerangkan bahwa di beberapa negara sering digelar kejuaraan surfing di malam hari.

Malam itu, lebih dari 75 peselancar yang turun ke pantai. “Padahal, rencana awal hanya 50 surfer saja," ucap Piping.

Hingga waktu menunjukkan pukul 21.45, para peselancar yang berusaha menaklukkan ombak pantai Kuta itu tetap banyak. Beberapa di antaranya sempat berjumpalitan diterjang ombak. Namun tetap saja mereka bersemangat untuk meniti ombak di malam bulan purnama itu.

Untuk menerangi para peselancar, tiga unit lampu sorot berkekuatan besar dipasang di bibir pantai. Dan, untuk memeriahkan suasana, tak jauh dari lampu tersebut didirikan sebuah panggung di mana seorang DJ beraksi dengan atraktifnya. (abe/jjb-radar bali)

Foto-foto: Piping, Agung Bawantara

Hide